KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya lah
penulisan makalah dapat selesai ditulis dan tepat pada waktunya.
Penulis sangat
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan serta
keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan teman-teman yang telah ikut membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis
senantiasa mengharapkann saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Oktober 2012
Penulis
HUBUNGAN
GENETIKA DENGAN
PEMULIAAN
TERNAK
Akan
diuraikan dasar genetika yang harus dikuasai untuk dapat mengikuti dengan mudah
pengertian-pengertian yang dipakai dalam pemuliaan ternak. Yang perlu
dipelajari adalah sebagai berikut.
1. Proses mitosis dan meiosis
2. Pewarisan sepasang gen , dengan atau tanpa adanya dominan
Misal pada perkawinan
AA x
AA akan menghasilkan
hanya AA
Aa x AA akan menghasi1kan 1 Aa : 1 Aa
Aa x AA akan menghasi1kan 1 Aa : 1 Aa
Aa x aa
akan mnghasi1kan hanya Aa
Aa x Aa akan menghasilkan 1 Aa. : 2 Aa : 1 aa
Aa x aa akan menghasi1kan 1 AA : 1 aa
aa x aa akan menghasilkan hanya aa
Aa x Aa akan menghasilkan 1 Aa. : 2 Aa : 1 aa
Aa x aa akan menghasi1kan 1 AA : 1 aa
aa x aa akan menghasilkan hanya aa
Apabila A dominan maka genotipe AA dan Aa mempunyai fenotipe yang sama, sehingga misal untuk perkawian Aa x
Aa angka banding 1: 2 : 1 akan menjadi
3 dominan (AA, Aa) : 1 resesif (aa)
Misal pada perkawinan heterosigot AaBb x AaBb, maka akan dihasilan keturunan sebagai berikut.
Gamet jantan
|
|||||
AB
|
Ab
|
aB
|
ab
|
||
Gamet
betina
|
AB
|
AABB
|
ABAb
|
ABAB
|
Abab
|
Ab
|
AbAB
|
AbAb
|
AbAB
|
Abab
|
|
AB
|
aBAB
|
aBAb
|
aBaB
|
aBab
|
|
Ab
|
AbAB
|
AbAb
|
AbaB
|
abab
|
Apabila A dan B
dominan maka angka banding fenotipe 9 AB
: 3 Ab : 3 aB : 1 ab Karena gen A dan B memisah secara bebas maka angka banding
fenotipe dapat juga dicari dengan jalan demikian
Aa x Aa 3
A :1 a
Bb x Bb
3 B : 1 b sehingga
(3A : 1a) x (3 B : 1b ) akan menghasilkan 9 AB :
3 Ab : 3 aB : 1 ab
4. Dua pasangan gen pada kromosom yang sama
Tiap
kromosom membawa banyak gen apabila dua gen terdapat pada kromosom yang sama dan ada kaitan maka dua
gen. tersebut cenderung terpisah pada gamet yang sama. Jadi apabila gen A dan b terdapat pada satu pasangan
kromosom sedang gen a dan B pada pasangan kromosom kedua, maka gamet yang akan
terjadi dapat diharapkan adalah Ab dan aB. Kalau hasil ini terjadi maka kaitan
yang ada adalah sempurna.
Tetapi kaitan sempurna jarang kejadiannya, sebab pada
pembelahan reduksi bisa terjadi pemindahan/pertukaran segmen atau bagian-bagian
dari pasangan kromosom. Pada waktu kromosom berganda dalam meiosis kromosom
tersebut membentuk kromatid. Tersusunnya pasangan-pasangan kromatid menyebabkan
gen yang pada kromatid tersebut berpasangan pula. Segmen kromatid yang saling
bertukar dapat persis sama panjang.
Karena
terjadi pertukaran segmen kromatid dari kromosom yang berpasangan maka gamet
yang terjadi adalah AB, Ab, aB dan ab.Titik persila ngan kedua kromatid disebut
kiasma. Beberapa kiasma dapat terdepat
dalam satu kromatid. Apabila satu kiasma terdapat diantara dua gen maka akan
terjadi rekombinasi, yakni kombinasi baru dari dua gen kaitan. Makin dekat jarak antara dua gen tersebut
dalam kromsom maka peluang terjadi kiasma dan rekombinasi akan menurun.
Teladan
4.1
|
Apabila dari satu
macam perkawinan dapat diperoleh banyak keturunan/anak maka jumlah rekombinasi
yang terjadi dan dapat terlihat akan dapat untuk menaksir jarak antara dua gen.
Persentase rekombinan yang terjadi akan di bawah 50 persen, dan kenyataan dapat
ini dapat digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya kaitan.
5. Tiga gen berkaitan
|
Pindah silang (crossing
over) dapat terjadi di antara A dan B, B
dan C, atau di kedua tempat bersama-sama
Gamet yang dapat dihasilkan oleh genotipe di atas
adalah sebagi berikut.
1.
Bukan
rekombinan, ABC dan abc
2. Rekombinan tunggal Abc,
aBC, Abc dan abC
3.
Rekombinan
ganda AbC dan aBc
Apabila individu dengan
genotipe A B C dikawinkan dengan individu resesid
a
b c
a b
c dan apabila A,B, dan C dominan
sempurna, maka semua gamet di atas
a b c dapat
diketahui lewat genotipe anak.
Teladan 5.1
Fenotipe anak
|
Persentase
|
Keterangan
|
Abc dan
AbC
|
80,4
|
Bukan rekombinan
|
Abc dan
aBC
|
9,0
|
Pindah silang di antara A dan B
|
ABC dan
Abc
|
10,5
|
Pindah
silang di antara B dan C
|
Abc dan
ABC
|
0,1
|
Pindah silang di kedua tempat
|
Kejadian pindah silang ganda akan lebih rendah dari yang
diharapkan karena terjadinya kiasma kedua.
Pada Teladan 5.1 terjadi (9,0 +0,1) persen rekombinan antara A dan B,
dan (10,5 + 0,1) persen antara B dan C. Peta
kromosom (chromosome map) untuk
ketiga gen sebagai berikut.
6. Penentuan sex
Pada hewan terdapat sepasang kromosom
yang berbeda pada hewan jantan dan betina.
Kromosom tersebut disebut
kromosom seks (sex chromnosome),
kromosom yang biasa (yang bukan kromosom seks) disebut autosom,
Kebanyakan hewan betina mempunyai dua X kromosom seks, sedang hewan jantan mempunyai satu. X dan satu
Y kromosom seks. Perpasangan dan pemisahan dalam meiosis
berjalan seperti pada autosom sehingga semua telur akan membawa satu kromosom X
dan mempunyai peluang yang sama besar untuk dapat dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromoson X atau Y. Apabi1a oleh spermatozoa dengan X
kromosom maka akan terjadi individu betina, sedang oleh spermatozoa dengan Y
kromosom akan terjadi individu jantan. Karena besarnya peluang sama maka angka
banding jantan dan betina adalah 1 : 1. Meskipun demikian karena adanya perbedaan
daya hidup maka salah satu seks
dapat lebih banyak.
Seks yang mempunyai kromosom yang
berbeda disebut heterogenetik (heterogainaetic). Individu jantan adalah heterogenetik pada mamalia, hampir semua diptera, beberapa
ikan dan amphibia. Pada kupu-kupu dan
burung, individu betina yang heterogenetik. Pada beberapa kejadian tidak
terdapat kromosom Y. Gamet dapat dibedakan dengan mengamati ada atau tidaknya
kromosom X.
7. Kaitan Sex
Di
samping menentukan jenis seks, kromosom X dan Y membawa pula gen yang
mengontro1 sifat (bukan seks)
tertentu. Gen yang dibawa oleh kromosom X tidak mempunyai allel
pada Y kromosom. Pada keadaan demikian apabila individu jantan adalah
heterogenetik, maka efek gen tersebut baik dominan ataupun resesif, pada
individu jantan akan terlihat. Apabila suatu gen terdapat pada kromosom Y, maka
hanya individu heterogenetik yang dapat memunculkan efeknya.
8. Analisis Hasil Percobaan Perkawinan atau Persilangan
Apa yang
telah diuraikan dimuka didasarkan pada
percobaan persilangan yang kemudian keturunan hasil persilangan tersebut, yang
menunjukkan fenotipe yang berbeda-beda, dihitung. Pelaku metode tersebut adalah Mendel yang
dalam percobaannya 1) membatasi hanya
pada satu sifat, setiap saat, 2)
mengawinkan dua individu yang mempunyai sifat yang jelas berbeda dan
kemudian mempelajari F1-nya , 3) mengawinkan F1 X F1 untuk mendapatkan F2 dan menghitung semua
fenotipe yang ada, 4) membuat formula dari hipotesisinya mengenai pewarisan
sifat dan kemudian mengujinya pada percobaan berikutnya dengan sifat yang
lain. Metode percobaan yang demikian tersebut sampai sekarang masih dipakai
sebagai dasar pendekatan dalam mempelajari genetika.
Dalam
prakteknya kita (selalu) dihadapkan pada jumlah anak yang terbatas yang
dapat dihasilkan dari suatu perkawinan. Lebih lanjut perlu diingat bahwa pada
waktu terjadi pembelahan reduksi. dalam
meiosis kromosom dan gen terpisah
secara acak dan bahwa fertilisasi juga merupakan proses acak. Sebagai
konsekuensinya, dengan jumlah keturunan yang terbatas pula, maka
angka banding yang diketemukan akan menyimpang dari angka banding harapan. Yang
penting adah menguji sejauh mana penyimpangan tersebut dapat diterima. Teladan 8.1
penting adah menguji sejauh mana penyimpangan tersebut dapat diterima. Teladan 8.1
Hasil suatu persilangan dihibrida pada F2 dapat diamati
frekuensi empat bentuk sebagai
Genotipe
|
AABB
|
A-bb
|
aaB-
|
aabb
|
Jumlah yang diamati (a)
|
315
|
108
|
101
|
32
|
Harapan
|
313
|
104
|
104
|
35
|
Hipotetik (mk)
|
Berdasar angka
banding 9:3:3:1
|
Kita periksa apakah frekuensi
fenotipe yang diamati itu menyimpang
terhadap hipotesis angka banding genetik 9:3:3:1
Simpangan terhadap nilai harapan |
|||||
(a-mk)
|
2
|
4
|
3
|
3
|
|
(a-mk)2
|
4
|
16
|
9
|
9
|
|
(a-mk)2
Mk
|
0,01
|
0,15
|
0,09
|
0,26
|
Jumlah=0,51
|
Karena harga X2 dari perhitungan
lebih kecil dari X2
dalam tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada penyimpangan nyata terhadap
angka banding.
9. Beberapa Keistimewaan dan Kelainan Kromosom
Kromosom Raksasa (Giant Chromosome)
Kromosom raksasa
terdapat pada galandula salivaraius Drosophila. Kromosom raksasa lebih panjang dan
lebar bila dibandingkan dengan kromosom biasa; selalu dapat diamati, membentuk
profase permanen. Kromosom tersebut mengalami disintegrasi waktu. Larva menjadi pupa; dapat terdiri dan
banyak kromosom karena adanya pembelahan yang tak diikuti 1angsung o1eh
pembelahan sel; mempunyai pita tercat gelap yang dapat digunakan
menentukan bagian-bagian kromosom dan untuk mempelajarinya.
10. Kelainan -kelainan Kromosom
Perubahan jumlah total kromosom
Dalam
keadaan normal setiap autosoin terdiri dan sepasang kromosom (Diploid), tetapi. pada beberapa kejadian
dapat terdiri dari tiga atau lebih
kromcsom yang homolog. Keadaan demikian disebut
poliploidi (Polyploidy).
Apabila tambahan kromosom homolog
berasal dari sumber yang sama maka disebut autoploidi (autopolyploid), misal autotetraploid yang terjadi karena kromosom
dalam dalam diploid menjadi dua kali lipat jumlahnya. Apabila tambahan kromosom
berasal dari dua sumber yang berlainan maka
disebut alopoliploid (allopolyploid),
misal hibrida yang berasal dari dua
diploid. Autopoliploid dapat terjadi
karena perlakuan dengan memakai colchicme
(pada tanaman). Tanaman tersebut biasanya lebih besar; metode ini sekarang digunakan untuk menghasilkan
bunga yang lebih besar.
Kelainan bisa terjadi pula karena adanya kehilangan atau penambahan satu
kromosom (bukan kelipatan).
Perubahan di dalam kromosom
Kurang atau hilang (Deficiency or deletion).
Hilangnya sebagian kromosom dikuti dengan hilangnya gen yang terbawa
Duplikasi (Duplication)
Penambahan sebagian kromosom disertai gen yang terbawa.
|
Translokasi (Translocation)
A B C
D E F A
B D E C F
A B C
D E F A
B D E C F
Pertukaran bagian-bagian
kromo-som yang bukan homolognya, sehingga terjadi dua kromosom baru.
A B C
D E F A
B D E C F
A B C
D E F A
B D E C F
|
Inversi (Inversion) Perubahan dalam urutan bagian (gen) kromosom.
.
Karena terjadi
perubahan-perubahan tersebut maka pada waktu meiosis dapat terbentuk gambaran atau
susunan yang tidak normal.
11. Segregasi yang tidak biasa (Unusual segregation)
Preferensi segregasi (Preferential segregation)
Terjadi apabila
dua kromosom yang bukan homolog (nya)
cenderung untuk memisah bersama-sama, dalam keadaan biasa akan berpisah secara
acak (contoh pada Zea mays).
Afinitas (Affinity)
Kejadiannya
diketemukan dalam tikus rumah; karena
ada daya tarik antara sentromer, maka kromosom dan satu tetua (parent) cenderung untuk memisah secara bersama-sama.
Kejadian
preferensi segregasi ataupun afinitas dapat mangacaukan pengamatan terjadinya
kaitan.
12. Multipel alil (Multiple alleles)
Sebenarnya
ada gen yang mempunyai alil lebih
dari dua. Contohnya misal pada Mus
musculus dan kelinci (harap dicari).
Pada umumnya multipel alil mempunyai
kesamaan efek fisiologik dan tak dapat
membentuk atau terjadi rekombinasi. Ketidakadaan rekombinasi dipakai untuk membedakan
multipel alil dengan gen berkaitan
sangat dekat.
13. Mutasi (Mutation)
Mekanisme atau kelainan
pada kromosom dapat menyebabkan pengaturan baru dari gen yang ada pada kromosom, materi yang dapat
diwariskan. Akan tetapi perubahan genetik dapat pula terjadi bukan karena hasil
di atas tetapi tetap membentuk materi genetik yang baru. Inilah yang disebut mutasi. Mutasi dikelompokkan menjadi dua.
Mutasi hasil penyusunan baru kromosom
1.
Karena
disebabkan Deletion
2. Karena disebabkan Translokasi, sehingga timbul
yang disebut efek posisi
gen (position effect).
Mutasi yang disebabkan karena perubahan efek gen (mutasi gen ) atau mutasi titik (Gen or Point Mutation)
Pada mutasi kelompok ini suatu gen berubah menjadi gen baru pada fokusnya. Hanya mutasi yang dapat menimbulkan fenotipe baru atau efek baru yang dapat diketahui dan diukur dengan cara biasa.
Mutasi gen terjadi dengan secara
alamiah tetapi belum semua kausa mutasi tersebut diketahui. Beberapa faktor yang diketahui dapat
mempengaruhi laju mutasi gen antara lain
sebagai berikut.
1. Penyinaran ion
2. Kenaikan suhu
3.
Zat-zat kimia, misal H202, (Cl.CH2CH2)2S
4. Gen lain
Meskipun penyinaran ion
dapat langsung berpengaruh pada gen oleh
adanya efek ionisasi (Hypothesa Threffer) tetapi terdapat bukti yang dapat dipakai
sebagai petunjuk bahwa zat-zat mutagen (kemungkinan besar peroksida)
mempunyai peranan sebagai perantara.
Terlepas dari
faktor-faktor luar di atas, laju mutasi
gen yang berbeda akan berbeda
pula tetapi pada umumnya mutasi hanya
mempunyai arti apabila berfungsi sebagai sumber variasi genetik yang
baru
14. Struktur materi genetik
DNA adalah unsur pokok
dari materi genetik organisme tinggi dan
RNA dari organisme rendah. Mengenai
fungsi dan susunannya dapat dipelajari kembali dalam buku wajib atau publikasi.
DNA
adalah asam nukleat yang
molekul-molekulnya tersusun dalam bentuk spiral ganda (double helix), sedangkan pasangan-pasangan
basa nitrogen (nitrogen bases)
dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Adenin (A)
berpasangan dengan thyamin (T)
dan guanin (G) berpasangan dengan Cytosme (C). Kalau hubungan hidrogen putus
maka spiral, dengan A membentuk T, dengan G membentuk atau mengikat C yang
baru, sehingga double helix terbentuk kembali dengan jumlah 2 kali semula.
Dengan jalan yang sama, apabila T diganti dengan Urasil maka DNA dapat
membentuk RNA.
Selain sebagai cap atau
stempel untuk membentuk duplikatnya maka DNA
lewat RNA dapat menentukan susunan asam amino yang akan dipakai dalam
pembemtukan protein, sesuai dengan urutan A, G, C, dan T. Tiap 3 (tiga) basa (triplet code) menentukan asam asam amino tertentu, sehingga dapat
tersusun protein atau enzym dengan asam amino yang sesuai dengan triplet code tersebut.
Dari uraian di atas dapat
dimengerti bahwa unit mutasi dapat
berupa triplet code tersebut di atas. Apabila susunan A, G, C, T. dalam triplet
berubah, . karena harus sesuai dengan kode yang baru tadi. Sebagai
konsekuensinya protein atau enzym yang terbentuk juga berbeda. Akhirnya
jelas bahwa unit fungsional mutasi
adalah panjang DNA yang akan menentukan
protein yang akan dibentuk atau enzyme, berubah atau tidaknya fungsi atau kerjanya apabila satu asam amino
penyusunannya berubah.
Penggunaan
teknik analisis modern dengan disertai hasil percobaan-percobaan
pembiakan mikro organisme, maka unit
fungsional kromosom dapat dipetakan. Sehingga. misalnyn apabila pada
permulaannya gen warna kulitnya yang dipakai sebagai unit mutasi maka akhirnya
dapat dipersempit menjadi triplet code atau perubahan satu asam amino. Akibatnya timbul konsep baru dan terminologi baru;
tetapi dasar experimentalnya adalah
tetap, Mengadakan atau menguji hipotesis
dengan eksperimen atau penelitian breeding.
15. Kerja gen
Apabi1a terjadi suatu blokade di salah satu mata rantai metabolisme mikro organisme (yang dapat
digunakan dalam percobaan) maka senyawa atau substansi yang dihasilkan dimuka
blokade tersebut akan berakumulasi dalam
medium.
Kalau blokade terjadi di
antara I dan II maka senyawa atau substansi.A akan berakumulasi dan C tidak akan terbentuk. Blokade itu
dapat terjadi karena X2 yang dibutuhkan (dapat berasal dari makanan) tidak ada. Andaikata C
dibutuhkan untuk pertumbuhan maka pertumbuhan akan berhenti atau terganggu.
Kalau
kita (dengan bantuan ahli) dapat mengetahui X2 tersebut maka kita dapat menambahkannya dalam
makanan sehingga akhirnya rantai
tersusun kemba1i, C terbentuk dan pertumbuhan individu kembali normal.
Dari gambaran sederhana di atas ditambah dengan mempe1ajari
proses metabolisme, dapat dimengerti
bahwa kerja gen adalah mengontro1 metabolisme, ditentukan oleh ada tidaknya (dibentuk atau tidak) enzim protein spesifik. Gambaran kerja gen
diperjelas dengan bukti yang dapat dipakai sebagai petunjuk adanya gen
(operators dan repressors )
yang bereaksi dengan sitoplasma sel dan mengontrol produksi enzim
atau kelompok enzym (Operon system
~ model Jacob & Monod). Kerja gen dengan cara lain adalah dalam
pembentukan polipeptida; misaemoglobin,
yang mempunyai fungsi yang tersifat.
Dalam
organisme tingkat tinggi (multiseluler)
blokade enzime yang dikontrol gen, bisa diketahui atau dipelajari dengan meneliti
hasil-hasil antara yang berakumulasi di muka blokade atau menelusuri mata
rantai reaksi sehingga mengetahui tidak adanya senyawa atau substansi akhir
(atau antara), misal pigmen suatu
subtansi yang dapat diamati dengan
mudah ada dan ketidak adanya. Dengan demikian dapat dimengerti asumsi bahwa
metabolisme sel dalam garis besarnya dikontrol oleh gen.
Hewan
dan tumbuhan tersusun dari sel yang mengalamai diferensiasi sehingga terbentuk jaringan tertentu dengan
sel penyusun yang berbeda-beda pula proses
metabolisme (sel nya). Ditinjau dari sel demi sel penyusun suatu jaringan misal
hati, dan jantung maka sel-sel tersebut
mempunyai genotipe sama tetapi
fenotipenya perbedaannya lebih besar apabila dibandingkan dengan dua species
bakteri. Peranan gen sesungguhnya
dalam diferensiasi sel dan metabolisme sel
sehingga membentuk individu dewasa, belum diketahui dengan
sejelas-jelasnya. Yang mungkin jelas adalah bahwa, fenotipe sel merupakan hasil dan kerja sama antara genotipe sel
dan lingkungan bersama-sama dengan gen operator. Pengaruh yang berasal dan
lingkungan sekitar adalah berupa induser
(inducers)
dan sel atau jaringan yang berdampingan, zat makanan yang tersedia,
perubahan pH, metabo1it dan lain-lainnya. Pengaruh tersebut akan tergantung
kerja gen yang terdapat dalam sel
yang terbentuk lebih dahulu sewaktu perkembangan atau pertumbuhan sedang
berjalan.
Dalam
proses pertumbuhan tersebut, faktor lingkungan mungkin besar pengaruhnya karena
faktor luar tersebut termasuk pula tersedianya subtrat yang berasal dari
makanan, selain itu termasuk pula pengaruh yang bekerja lewat system syaraf dan
endokrin. Oleh karena itu menelusuri fenotipe yang dikontrol oleh satu gen ,
mulai dari awal kerja gen tersebut sampai terlihatnya fenotipe pada hewan atau
individu dewasa adalah merupakan pekerjaan yang amat sulit.
Sebagai
gambaran sederhana kerja gen yang kompleks tersebut dapat dipakai contoh
peristiwa adanya blokade pada metabolisme fhenilalania pada manusia. Blokade itu menyebabkan
terjadi excresi. asam fenilpiruvat (pheny1pyruvic
acid), dan adanya fhenilalania dengan konsentrasi yang tinggi. dalam darah,
keduanya merupakan efek utama karena adanya blokade tersebut. Di
samping efek tersebut ada pula efek lain yakni tidak dapat membentuk bahan
untuk melanin sehingga mengakibatkan rambut berwarna putih. Kemudian adanya
substansi antara asam fenilpiruvat menyebabkan gangguan dalam pembentukan
seretonin, dan sebagai akibatnya dapat
terjadi kemunduran mental. Da1am contoh jelas bahwa satu gen mampu menimbulkan efek ganda atau banyak,
keadaan demikian disebut pleiotropi.
Pleiotropi juga akan timbul apabila gen berpengaruh pada
diferensiasi, terutama apabila terjadi pada stadia awal dan perkembangan,
.Fenotipe akhir yang tampak tersusun dari bagian atau organ-organ yang berbeda
tetapi semuanya berkembang atau berasal dari jaringan-jaringan yang kena
pengaruh sehingga semuanya menunjukkan adanya beberapa efek dari gen tersebut
di atas.
Karena adanya kekomplekan di
atas persoalan mengenai pewarisan sifat pada organisme multiseluler membutuhkan
pengamatan dengan menggunakan percobaan-percobaan perkawinan, untuk menguji
hypothesis.
Pada pemuliaan tanaman dan hewan, genetika
mempelajari organisme. sebagai kesatuan yang utuh, sehingga kerja gen dalam
taraf yang sangat kompleks. Sifat-sifat yang dipelajari tergantung atau
terkontrol oleh banyak gen juga
pada proses metabolisme dan proses interaksi yang terjadi pada masa pertumbuhan
dan juga tergantung pada lingkungan pada waktu sifat-sifat tersebut diukur.
Andaikata kita ingin mengetahui seluruh kerja gen yang mengontrol produksi
susu pada sapi perah kita perlu pula mempelajari dan tahu mengenai fisiologi
dan biokimia
Pada
masa kini, pengunaan teori umum mengenai kerja gen, yang telah diuraikan di
muka, dalam pemuliaan ternak atau tanaman adalah yang berhubungan dengan
fenotipe yang akan diseleksi. Peneliti dapat meneliti kebelakang dari hasil
mempelajari sifat-sifat tersebut terutama yang berkenaan dengan faktor yang
dapat menimbulkan ragam genetik dari sifat tersebut. Teori umum mengenai kerja gen dapat digambarkan sebagai berikut.
16. Epistasis dan interaksi gen
Tidak
mungkin menganalisis semua kejadian atau
proses yang berhubungan dengan pewarisan
sifat apabila proses yang dimaksud merupakan proses yang terjadi dalam
sel demi sel. Oleh karena itu cara
tertentu diperlukan untuk dapat mengetahui
adanya interaksi antara gen. Cara
yang dipakai adalah dengan
mengamati atau menghitung jumlah
keturunan atau anak dan mengelompokkan sesuai dengan yang ada. Sedang
tetua (parent) yang dipakai dalam
perkawinan telah diketahui lebih
dahulu genotipenya atau diduga dengan
Dari
persilangan suatu dihibrida pada F2 dapat diamati angka banding
empat bentuk fenotipe yakni 9 : 3 : 3 : 2. Keadaan demikian dapat terjadi
apabila ada gen yang terlibat mempunyai efek yang terpisah dan terletak pada
kromosom yang berbeda (tidak ada
kaitan). Tetapi kejadian-kejadian lain dapat terjadi misal gen yang satu. merubah atau mempengaruhi efek gen
yang lain secara langsung atau lewat rantai antara kerja gen dan fenotipe. Dapat terjadi satu gen mempengaruhi satu rantai reaksi, misal menghentikannya.
Karena pengaruh tersebut maka tidak terbentuk
subtrat yang dibutuhkan maka rantai reaksi yang berikutnya akan terputus pula
meskipun rantai tadi dipengaruhi oleh gen yang lain. Contoh untuk kejadian
tersebut adalah gen yang menyebabkan
Albinisme, gen ini akan memutus semua
efek gen yeng mengontrol pigmentasi.
Kemampuan yang dimiliki oleh satu
gen menutupi manifestasi gen lain disebut epistasis.
Gen-gen epistatik menutupi atau
mempengaruhi gen-gen hipostatik ( hypostatic gen). Apabila ada epistatis dan interaksi gen, maka contoh angka banding 9 : 3 : 3 : 1 akan berubah, kemungkinan yang
dapat timbul adalah sebagai berikut.
16.1 Tidak ada interaksi 9 AB : 3 Ab = 3 aB : 1 ab
16.2 Epistatis resesif (A, gen epistatik ), (B, gen hipostatik)
9 AB : 3Ab : 4 (aB, ab)
A berbeda dengan
B dan b ditutupi oleh a atau b hanya tampak kalau
ada A
16.3 Epistatis dominan
12
(AB, Ab) : 3 aB : 1
ab
A berbeda dengan B , b ditutup A atau hanya tampak kalau ada a.
16.4 Gen Komplementer
9
AB 7 (Ab, aB, ab)
Fenotipe dominan hanya
terlihat kalau A dan B bersama-sama
16.5 Gen Supresor
B menekan kerja A atau Ab menampakkan
fenotipe lain
13 (AB, aB, ab) : 3
Ab
16.6 Gen Duplikat
A atau B
mempunyai fenotipe yang sama tetapi efeknya tidak dapat dijumlahkan, a harus
bersama dengan b.
15 (AB, aB, Ab) : 1 ab.
16.7
Gen Aditif
A dan B mempunyai efek yang
sama dan dapat dijumlahkan.
9 AB : 6 (Ab, aB) : 1 ab
17. Sifat yang dikontrol banyak gen
Dalam
pemuliaan ternak dan tanaman sifat yang dipelajari biasanya kompleks, misal produksi
padi, berat wol, produksi susu dan
lain-lain. Bagaimana kekomplekan tersebut dapat mudah dimengerti bila kita melihat atau meneliti semua faktor yang
dapat mempengaruhi sifat yang dipe1ajari tersebut. Misal sifat tersebut adalah berat sapih
cempe.
Skema pada halaman 43 belum memasukkan
semua faktor yang terlibat. Meskipun demikian sudah dapat memberikan gambaran
bahwa minimal sudah dua kelompok faktor yang kerjanya tergantung pada genotipe
induk (untuk produksi susu) dan faktor lingkungan semua faktor di atas bisa
mengadakan interaksi dalam bentuk yang bermacam-macam.
Andaikan dua cempe mempunyai
genotipe identik untuk pertumbuhan dan berat lahir maka faktor lingkungan masih dapat
menjadi penyebab timbulnya variasi pada berat sapih.
Dalam kejadian ini
kita tak mungkin mengenali genotipe tersebut dengan menggunakan analisis
genetika Mendel. Cara yang dapat dipakai adalah menggunakan data atau informasi
yang ada dan mengadakan penaksiran hasil dari bermacam-macam perkawinan. Inilah
persoalaan yang kita hadapi dan harus dipecahkan dalam pemuliaan ternak.
Cara di atas didasarkan atas
kelakuan satu gen dan kemudian mengadakan modifikasi yang diperlukan sehingga
cara tersebut dapat digunakan dalam praktek.
Misal 17.1.
Kita sepakati bahwa tiga
pasang gen yang berbeda mengalami segregasi dan menentukan suatu sifat yang
bisa kita ukur. Setiap pasang gen mempunyai efek yang sama untuk sifat tersebut, setiap gen dengan huruf besar memberi harga
(tambahan) satu unit pada sifat tersebut, sedangkan gen dengan huruf kecil
memberi nol.
Efek untuk tiap fokus
dapat dijumlahkan, sehingga AA BB CC mempunyai harga 6 unit. Aa BB CC = AA BB Cc = 5 unit dan seterusnya.; aa bb
cc = 0, Aa Bb Cc = 3 unit. Kalau perkawinan yang terjadi sebagai berukut :
Aa Bb Cc
X Aa Bb Cc,
Maka akan dihasilkan 8 (delapan) macam gamet oleh setiap tetua, yakni
akan terdapat 8 x 8 = 64 macam kombinasi (tidak semuanya berbeda) gamet. Apabila kemudian disusun menurut unit
pengukuran maka diperoleh
Fenotipe 6 5
4 3 2
1 0
Jumlah
anak
(kombinasi) 1 6
15 20 15
6 1
Jelas bahwa distribusi di atas adalah distribusi binomium yang rumus
umumnya dapat ditulis sebagai berikut.
(½ A + ½a) 2
(½ B + ½b) 2 (½ C +
½c) 2
Karena A, B, dan C mempunyai efek yang sama maka dapat
ditulis
(½+ ½) 6
Distribusi Binomial merupakan
distribusi pokok dalam genetika, untuk asumsi yang tetapi dengan n pasang gen
maka rumusnya menjadi sbb.
(½+ ½) 2n
Apabila n makin besar
maka Bionomial distribusi mendekati distribusi normal; berarti bahwa penggunaan
distribusi normal kontinue dapat dipakai dalam mengadakan penaksiran. Perlu
diingat bahwa gen memisahkan diri atau mengalami segregasi sesuai dengan Basic Mendelian Mechanism.
Kembali ke contoh di muka mean
(nilai tengah) tetua (parents) = 3 unit sedang nilai tengah anak atau progeni =
3 unit juga. Ragam (variance) progeni = 1,5 unit (S = npq = 6 x ½ x ½ = 1,5 ). Nilai tengah dan ragam merupakan dua sifat
yang penting dari distribusi keturunan.
Hampir semua sifat yang dipelajari
dalam pemuliaan ternak dikontrol oleh banyak gen dan dipengaruhi oleh variasi
lingkungan. Efek lingkungan ini dapat
digambarkan dengan menyusun efek lingkungan dalam unit yang sama dengan genetik
dan harganya -1, 0, dan + 1., sedang
distribusinya tersebar dengan angka banding 1:2:1, untuk setiap genotipe maka
distribusi yang baru dapat disusun sebagai berikut.
Genotipe (AA
BB CC = 6) dst
Harga genotipe 6
5 4 3
2 1 0
(sebelum + efek lingkungan)
Efek
lingkungan Frekuensi distribusi Angka banding sebaran
1 1 6
15 20 15
6 1 1
0 2 12
30 40 30
12 2 2
-
1 1 6
15 20 15
6 1 1
Apabila efek lingkungan ditambahkan
pada nilai genotipe dengan proporsi 1:2:1 maka akan diperoleh susunan nilai genotipe sbb.
7 6
5 4 3
2 1 0
-1 (nilai genotipe + efek
lingkungan)
1 6
15 20 15
6 1
2
12 30 40 30
12 2
1
6 15 20
15 6 1
1 8
28 56 70
56 28 8
1
Distribusi baris terbawah dapat
dijelaskan secara berikut.
Dapat dihitung bahwa nilai tengah
(mean) masih tetap = 3 tetapi ragamnya
berubah menjadi 2 (dua) unit. Harga 2 ini
berasal dari ragam genetik (semula) yang 1,5 unit ditambah dengan ragam
lingkungan 0,5 unit . Munculnya angka banding 1,5/2 = 75%
menunjukkan besarnya ragam yang disebabkan oleh adanya perbedaan genetik
pada progeni, sedang sisanya 25% , adalah
ragam yang disebabkan oleh karena efek lingkungan. Angka
banding (1,5/2) = (ragam genetik/ ragam
fenotipik) disebut heritabilitas (heritability) = h2 . Heritabilitas merupakan parameter pokok dalam
pewarisan karakteristik yang dikontrol
oleh multiple gen.
Masih berhubungan dengan multipel gen perlu dicatat.
1. Apabila jumlah pasangan gen (n) besar maka
genotipe yang akan terjadi juga makin besar.
Jumlah
gen
|
Jumlah
gamet
|
Jumlah
genotipe
|
1
|
2
|
3
|
2
|
4
|
9
|
3
|
8
|
27
|
4
|
16
|
81
|
N
|
2n
|
3n
|
Silahkan hitung
untuk n = 20
2.
Efek dari masing-masing gen jarang dapat
dibedakan, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa adanya dominan, interaksi, dan epistrasi serta kaitan.
3.
Hampir semua karakteristik yang dikontrol
oleh multipel gen dipengaruhi oleh lingkungan, sering malah mudah dipengaruhi
sehingga yang dapat diamati tidak dapat dipakai sebagai indikator yang baik
untuk genotipenya.
DAFTAR PUSTAKA
Adjisaoedamro, Soedito. 2010. Buku
Ajar Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jendral Soedirman. Purwekerto
yang spesifik ke kawinan ada gak bang
BalasHapus